HomeNewsPekerja Seni Sebagai Aset Bangsa Yang Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Pekerja Seni Sebagai Aset Bangsa Yang Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Pekerja Seni Sebagai Aset Bangsa Yang Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Rully Rahadian

Oleh : Rully Rahadian, Pakar Wawasan Kebangsaan, Ketua Lembaga Konservasi Budaya Indonesia, dan Wakil Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Online Independen Nusantara (PWOIN)

JayantaraNews.com, Jakarta

Jika kita menilik pada beberapa dasawarna ke belakang, sebagian besar orang tua di negeri ini banyak yang keberatan ketika anaknya memilih jalur kesenimanan atau pekerjaan seni sebagai jalan hidupnya.

Stigma bahwa seniman adalah profesi yang tidak jelas atau seperti orang yang anti terhadap kemapanan masih menempel erat pada pola pikir para orang tua bak koyo super panas yang ingin mereka lepas dari embel-embel yang membebani harapan mereka pada masa depan anak-anaknya.

Harapan sebagian besar dari mereka adalah bekerja dengan gaji tetap setiap bulannya, rutinitas yang mempunyai aturan jelas, jam kerja yang pasti, fasilitas ini itu, dan mendapat pensiun ketika purna tugas dan menikmati hari tua dengan uang pensiun tersebut.

Namun secara perlahan dan pasti, keadaanpun menunjukkan perubahannya. Pekerjaan di bidang kreatif kini menjadi lahan yang menjanjikan, walau secara kasat mata, pelaku seni atau pekerja kreatif terlihat seperti orang-orang yang anti kemapanan dengan kehidupan yang tidak teratur.

Bisa dipahami, karena pola kerja pekerja seni tidak bisa dibuat dengan aturan kaku. Banyak hal yang membuat pekerjaan seni atau kreativitas yang mengawalnya tidak bisa dibatasi waktu seperti karyawan perusahaan, PNS, atau TNI/Polri yang rata-rata mempunyai prosedur standar operasi yang baku.

Maraknya industri kreatif yang semakin berkembang akhirnya merubah pola pikir masyarakat kita, sehingga semakin banyak orang tua yang bahkan ingin anaknya menjadi penyanyi, penari, mempunyai group band, dalang, dan lain sebagainya.

Betapa banyak pundi-pundi rupiah, dolar dengan mudahnya mereka raih, bahkan penghasilan mereka bisa melebihi gaji seorang direktur BUMN ketika mereka mencapai titik puncak kesuksesannya.

Begitu pula dengan para pelaku seni tradisi yang kini semakin bisa diterima masyarakat, karena media massa semakin akomodatif terhadap kegiatan tersebut, dan bentuk kreativitas dalam pengemasannya pun begitu menarik dan beragam, sehingga masyarakat awam yang semula tidak paham dan tidak pedulipun bisa menikmati seni tradisi dengan mudah menyerap pesannya dan merasa terhibur.

Masih banyak masyarakat kita yang tidak menyadari bahwa pekerja seni atau seniman juga melakukan kegiatan mempertebal wawasan kebangsaan bagi masyarakat penikmatnya dalam koridor keprofesian tentunya.

Seni yang merupakan bagian dari budaya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan kegiatan yang sangat penting, karena secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan seni merupakan salah satu media dalam memperhalus karsa anak bangsa, sehingga mempunyai sikap-sikap yang simpatik dan empatik dalam mengapresiasi segala bentuk aspek kehidupan.

Seni dapat membangun sensitivitas jiwa manusia dalam kehidupan berkebangsaan, baik ke dalam maupun ke luar.

Seorang seniman adalah sosok pejuang rasa. Rasa yang dibangun untuk mampu mengolah fenomena alam, lingkungan, dan manusia itu sendiri, melalui karyanya yang tentunya harus bersifat konstruktif, sehingga karya seni tersebut mampu membangun kehalusan serta kepekaan budi seseorang, bukannya membentuk rasa dan pola pikir yang destruktif sehingga merusak pola dan tatanan ideal bagi masyarakat bangsa ini.

Lalu, dimana relevansi antara berkarya seni atau berekspresi dengan mempertebal wawasan kebangsaan? Selama ini tentunya sikap patriotik atau sebut saja Bela Negara selalu dipersepsikan tindakan fisik atau angkat senjata. Di era sekarang ini perang konvensional bukan lagi pilihan mati. Opsi perang asimetris dengan segala benefit dan relatif minimnya biaya yang menjadi konsekuensi sebuah “perang” merupakan tindakan kekinian dalam hal bentuk penjajahan kontemporer.

Para aktor menggunakan hal ini untuk menguasai bangsa dan negara targetnya dengan mengacaukan pola pikir masyarakat, sehingga mampu merubah orientasi kolektif bangsa, bahkan ideologi.

Kita yang sudah berada dalam situasi ini harus segera mengambil langkah yang masif, terutama dalam membangun kekuatan budaya, sehingga muncul kembali jiwa-jiwa yang peka terhadap situasi tersebut, dan mampu membangun kesadaran berbangsa yang berdasarkan perimbangan antara rasio rasa, tidak hanya rasio semata.

Kini eksistensi seorang seniman atau pekerja seni tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Perspektif seniman atau pekerja seni bisa menjadi kontrol sosial maupun politik melalui pendekatan kreatif yang menghibur. Seni yang melekat dengan budaya suatu bangsa selain menjadi identitas bangsa itu sendiri, mampu menjadi katalisator dan dinamisator kehidupan berbangsa dan negara. Apalagi jika pola pikir masyarakat kita semakin maju, seni dan budaya kelak akan menjadi komoditas yang secara ekonomi mampu memakmurkan bangsa kita, khususnya para pekerja seni itu sendiri.

Jika seniman sudah mampu berkarya dengan nilai-nilai ideal dan berorientasi kepada kepentingan bangsa dan negara namun tetap memiliki nilai-nilai estetik yang mempu membangkitkan kepekaan rasa serta ketajaman rasio karena perimbangan keduanya, maka seniman tersebut adalah seniman atau pekerja seni yang memiliki integritas sebagai aset bangsa yang pantas dan layak untuk diapresiasi sebagai pijar khazanah bangsa Indonesia. (Red)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News