Casytha Arriwi Kathmandu: Tata Kelola APBN Yang Baik, Dorong Kemajuan Ekonomi Nasional
JayantaraNews.com, Jakarta
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah tembus Rp 289,1 Triliun per Oktober 2019. Defisit tersebut mencapai 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Realisasi defisit tersebut meningkat dari posisi Agustus 2019 yang masih baru mencapai Rp 199,1 Triliun atau 1,24 persen dari PDB.
Casytha Arriwi Kathmandu, SE, anggota DPD RI, daerah pemilihan Jawa Tengah, Wakil Ketua Komite lV mengatakan, bahwa defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang makin besar dari tahun-ke tahun menunjukan, bahwa APBN selama ini tidak efisien. Untuk itu pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk memperkecil defisit APBN.
Meskipun program pengampunan pajak atau tax amnesty kurang berhasil, pemerintah mesti melanjutkan lagi program pengampunan pajak
untuk memperkecil defisit APBN yang semakin membesar.
Selain memperbesar penerimaan pajak lewat tax amnesty, pemerintah juga bisa memperkecil pengeluaran lewat penyisiran anggaran, baik di kementerian dan lembaga yang dianggap boros agar dipangkas, sehingga terjadi efisiensi anggaran.
” Membuka CPNS baru juga akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka dalam penerimaan CPNS harus mempertimbangkan ketepatan sinergi beban kerja,” tuturnya, Selasa,19/11/2019, di Komplek Parlemen.
Transaksi perdagangan mengalami juga defisit, dimana impor lebih besar dari pada ekspor, sangat berpengaruh terhadap defisit APBN, maka pemerintah perlu menggenjot ekspor untuk menutup defisit perdagangan.
Casytha Arriwi Kathmandu, berharap tata kelola APBN ke depan lebih baik, agar APBN yang merupakan salah satu penggerak ekonomi nasional bisa efektif dan efisien, sehingga APBN bisa mendorong kemajuan ekonomi nasional. (Smn)
