HomeNews'Ngayu Ayu' Sembalun Lotim, Ritual Adat Yang Perlu Dilestarikan

‘Ngayu Ayu’ Sembalun Lotim, Ritual Adat Yang Perlu Dilestarikan

‘Ngayu Ayu’ Sembalun Lotim, Ritual Adat Yang Perlu Dilestarikan

IMG-20190718-WA0091

JayantaraNews.com, Lotim

Sembalun adalah salah satu desa di Lombok Timur yang memiliki salah satu budaya langka di tanah air, salah satunya berupa prosesi budaya ritual ‘Ngayu Ayu’.

Di mana dalam acara prosesi ritual Ngayu Ayu tersebut, berlangsung selama 4 hari, dari tanggal 14 sampai tanggal 18 Juli 2019.

Acara di hari pertama, mengumpulkan air dari 7 sumber mata air yang mengalir yang dimanfaatkan oleh warga Sembalun, kemudian air itu didiamkan selama 1 malam di rumah para tetua adat. Ke’esokan harinya, dikumpulkan menjadi 1 di makam adat yang terletak di Sembalun.

Adapun, tujuan dari pengumpulan 7 mata air ini, merupakan simbol atas rasa syukur masyarakat Sembalun karena limpahan rizqi dari Yang Maha Kuasa.

IMG-20190718-WA0092

Hari ke 2 dimulai dengan penyembelihan kerbau yang dilakukan oleh para ketua adat, yang selanjutnya kepala kerbau tersebut ditanam sebagai ‘pasak bumi’ (pengaman) Desa Sembalun dari bala bencana, kemudian dagingnya dimasak oleh ibu-ibu untuk disajikan dan disantap secara bersama-sama yang dalam bahasa Sasaknya, disebut dengan istilah ‘Begibung’.

Setelah diadakan ritual mafakin, dimana para ketua adat menyampaikan bacaan selama prosesi turunnya bibit padi merah (pade abang) dari Lembang sampai prosesi penyamanan, yang selanjutnya diadakan perang topat.

Setelah masyarakat mengitari makanan selama 9 kali putaran, masing-masing ketua adat yang diwakilkan oleh anaknya menggendong air dari 7 sumber mata air sebelum dikumpulkan menjadi 1 di dalam makam.

Puncak acara dilaksanakan pada hari Kamis 18 Juli 2019.

Seperti biasanya, bahwa dalam acara tersebut, dihadiri oleh Raja-raja se Nusantara, di antaranya; Raja dari Makasar, Sultan dari Minangkabau, Jogja, Kalimantan, Kutai, Singosari, Majapahit dan lain-lain.

Di moment tersebut, Ketua Adat Sembalun menyampaikan, bahwa ada kesadaran alam, tidak terlepas dari perilaku manusia (simbiosis mutalisme).

Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur menyampaikan,” Di Lombok Timur memiliki banyak ragam wisata, ada wisata alam, wisata religi, dan wisata yang kita bikin sendiri. Kesemuanya, kalau bukan kita yang melestarikan dan merawatnya, lantas mau siapa lagi,” ajaknya. (Luluk)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News