HomeLintas BeritaSempat Terpapar, Juwita (Anggota DPRD) Kab. Bandung Ingin Berbagi Cara Penanggulangan Covid-19

Sempat Terpapar, Juwita (Anggota DPRD) Kab. Bandung Ingin Berbagi Cara Penanggulangan Covid-19

Sempat Terpapar, Juwita (Anggota DPRD) Kab. Bandung Ingin Berbagi Cara Penanggulangan Covid-19

Juwita, Anggota DPRD Kab. Bandung

JayantaraNews.com, Kab. Bandung

Positif Covid-19 bukanlah sebuah Aib yang harus ditakuti, maupun sesuatu yang dianggap minder bagi para terdampaknya.

Di bawah ini adalah kisah nyata dan sebuah kesaksian (testimoni) dari Juwita, Anggota DPRD Kab. Bandung yang sempat terpapar dan ingin berbagi cara penanggulangannya bagi masyarakat yang terinfeksi Covid-19.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Nama saya Juwita, Anggota DRRD Kab. Bandung, Komisi D, dari Fraksi PDI Perjuangan.

Pada bulan November 2020, kesibukan saya sebagai pengurus dan diberi tugas oleh partai menjelang Pilkada sangatlah padat, dimana saat itu saya harus terus berkunjung dari satu titik ke titik lain untuk berkampanye.

Demikian pun kesibukan sebagai seorang anggota dewan. Selain tugas di kantor, namun juga mengikuti aktivitas kunjungan kerja lain. Sementara, sebagai seorang istri sekaligus ibu dari anak-anak, saya pun mempunyai kewajiban di rumah.

Karena saking sibuk dengan berbagai macam aktivitas di luaran, akhirnya pola makan dan istirahat pun tidak terkontrol, yang otomatis imun tubuh pun menurun. Hal ini terdetek, dari mulai awal November yang sudah mulai terasa, badan ngedrop dan sakit. Hingga pada pertengahan bulan November 2020, saya berobat ke Rumah Sakit Soreang, karena kebetulan dekat dengan kantor dimana saya bertugas.

Saat itu darah saya mencapai 180/100, stres dan kecapean. Dan dari medical check up, saya dinyatakan kelelahan, darah tinggi, dan harus banyak istirahat.

Karena asupan gizi yang kurang, sementara aktivitas padat, maka pada tanggal 1 Desember 2020, saya mencoba melakukan check Rapid Test di Puskesmas Cimenyan, dan dinyatakan Non Reaktif.

Saat itu ada kabar, bahwa salah satu rekan kami yang juga masih Anggota DPRD Kab. Bandung terkena Covid-19, hingga yang terakhir sempat kontak fisik dengannya harus di swab.

Saya merasa terpukul kala itu, karena beliau sangat dekat dengan saya, dan kami semua berduka tatkala ada kabar bahwa beliau beserta istri dan putranya meninggal dunia dalam satu minggu berturut-turut.

Rasa cemas bercampur was-was terus menyelimuti pikiranku, apalagi setelah mendengar kabar  bahwa rekanku meninggal dunia karena terpapar Covid. Mirisnya lagi, tatkala mendengar bahwa saya beserta 5 rekan lainnya dinyatakan Positif Covid-19, tepatnya tanggal 3 Desember 2020 saat hasil swab keluar.

Campur aduk kemirisan terus menyelimuti pikiranku, manakala menerima kabar yang sangat buruk dalam kehidupan saya. Saya shock, menangis sejadi-jadinya. Apalagi saat itu saya baru berduka, karena pulang mengantar pemakaman kakak. Badan gemetar, muntah-muntah, diare, dan saya termasuk OTG (Orang Tanpa Gejala).

Karena mungkin saya kelelahan, hingga imunitas tubuh pun menurun dan virus cepat masuk. Namun Alhamdulillah, di saat saya merasakan shock yang sangat luar biasa, di sisi lain keluarga tidak merasa panik.

Untuk menghindari kontak fisik dengan keluarga dan masyarakat, hingga saat itu pun saya langsung mengisolasi mandiri dan seluruh rumah disemprot disinfektan. Seluruh keluarga pun di Rapid Test, dan hasilnya Non Reaktif.

Waktu pun terus berjalan sembari menggiring rasa ketakutan yang amat sangat. Alhamdulillah, tepatnya di hari ke-11, ketika dilakukan swab ulang hasilnya Negatif. Mendengar kabar itu, saat itu pun saya sujud syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang sudah mengangkat virus yang sangat mengerikan itu.

Atas pemaparan di atas yang menimpa diri saya langsung, saya hanya mengimbau kepada masyarakat agar memahami, bahwa Covid-19 bukanlah sesuatu yang dianggap Aib.

Dukungan dari keluarga dan masyarakat adalah salah satu kunci yang akan membantu dari proses penyembuhan. Terus berkomunikasi dengan dokter walau melalui telepon, dan berkoordinasi dengan orang-orang yang pernah terkena virus.

Salah satu hal yang bisa membawa ke arah kematian dari pasien yang terpapar Covid, karena mungkin telatnya penanggulangan, atau bisa jadi karena orang tersebut sudah mempunyai penyakit bawaan dan berusia lanjut.

Saran saya, hendaknya masyarakat jangan mendiskriminasi pasien Covid-19 serta keluarga dan kerabatnya, apalagi sampai diasingkan dan dijauhi bahkan sampai diusir. Bila perlu beri dukungan moral agar mempercepat proses penyembuhan seperti yang saya alami.

Lalu apa yang harus dilakukan ketika kita terkena Covid-19 ? Langkah yang saya lakukan adalah langsung mengisolasi diri, menjauhkan diri dari keluarga dan masyarakat. Jangan menggunakan alat makan berbarengan, sediakan kayu putih sebagai pembantu penyembuhan dengan cara diminum 3 (tiga) tetes ke teh manis sehari 3 kali, dan usapkan ke seluruh tubuh. Cara lain, diterapi melalui rebusan air di teko memakai kayu putih lalu dihisap uapnya, berkumur-kumur dengan betadine cair sehari 3 (tiga) kali. Jangan lupa, konsumsi Vitamin: C, B, E dan D, makan teratur, berjemur di terik matahari sekitar 1 jam/hari. Gerakan seluruh badan atau olahraga walaupun di tempat isolasi. Jangan matikan Handphone (HP), dan terus komunikasi dengan keluarga, kerabat dan rekan agar kita termotivasi.

Intinya, bila pun kita terkena atau terpapar Covid-19, janganlah merahasiakannya. Intens dan kooperatif melapor ke Puskesmas agar dilakukan tracing secepatnya untuk memutus rantai Covid-19. Sementara itu, masyarakat, tokoh agama dan tokoh daerah harus mendukung tracing tersebut.

Saya berbagi pengalaman ini karena merasakan bagaimana kita dilanda shock berat.

Alhamdulillah, kini semua sudah terlewati, dan menjadikan pelajaran yang sangat berharga. Cintai diri kita, jaga diri kita, bekerja sesuai kemampuan, istirahat sesuai aturan. Dan jangan lupa, tubuh kita perlu asupan makanan yang bervitamin, bergizi, laksanakan peraturan pemerintah yakni dengan mematuhi 3 M (Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan), dan hindari kerumunan. Dan bagi yang beragama Islam, jangan pernah meninggalkan sholat yang 5 waktu.

Akhirnya, semoga dengan berbagi pengalaman ini akan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Terima kasih, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (red)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News