HomeNewsWow! Pianis Klasik Simon Ghraichy Asal Perancis Pukau Warga Bandung

Wow! Pianis Klasik Simon Ghraichy Asal Perancis Pukau Warga Bandung

Wow! Pianis Klasik Simon Ghraichy Asal Perancis Pukau Warga Bandung

IMG-20190513-WA0049

JayantaraNews.com, Bandung

IMG-20190513-WA0052

Pianis klasik ‘kelas dunia’ asal Prancis yang berdarah Meksiko dan Libanon ‘Simon Ghraichy’ (33), tampil memukau di hadapan ratusan penggemarnya di Bandung.

Simon Ghraichy, malam itu hadir di dalam rangkaian konser Asia Tour, Minggu, (12/5/2019). Tepatnya, pukauan Simon ini terjadi tatkala dengan piawainya mainkan 8 tembang klasik di Ballroom FOUR POINTS by Sheraton Bandung Jalan Ir H Juanda (Dago).

Mau tahu apa kata banyak penonton? Taruhlah, tentang penampilan Sang Pianis yang belajar bermain piano sejak usia 4 tahun, dan mencuat pada era 2010-an, kala ia mendapat publikasi serta kritikus musik Wall Street Journal Robert Hugues. Contohnya, di sini ia diapresiasi atas interpretasinya pada Don Juan karya Franz Liszt yang terkenal serba sulit dan mendalam.

IMG-20190513-WA0053

“ Mengagumkan, jari dan hatinya begitu lembut, malah bisa galak kalau perlu. Itu tampak kala repertoire Ernesto Lecuona, dan Robert Schumann dikumandangkan dengan sempurna,” kata Linda (24), mahasiswi yang sejak lama memainkan karya piano klasik.

“ Ini seperti menghipnotis kita. Ia punya penampilan unik, rambutnya yang kriting, plus tampilan modis jaket penuh warna, bersepatu warna silver, ini bukan musisi klasik biasa. Bersyukur, kota kita disinggahi musisi kelas dunia ini,” papar Heni Nurhaeni Smith yang hadir bersama suaminya di FOUR POINTs by Sheraton, Bandung.

Sementara itu, menurut General Manager FOUR POINTS by Sheraton Bandung Franklyn Kocek, dan Direktur Institut Prancis di Indonesia (IFI) Bandung Melanie Martini-Mareel. Kehadiran Simon Ghraichy di Kota Bandung, adalah wujud kerjasama antara Institut Prancis di Indonesia (IFI) Bandung, dan FOUR POINTS by Sheraton Bandung.

Menurut keduanya pula, selain di Bandung, Simon Ghraichy pun telah tampil di Padma Hotel Ubud Bali (8/5/2019), Surabaya (9/5/2019), IFI Yogyakarta (11/5/2019).

“ Rencananya akan tampil di Sheraton Gandaria Jakarta (14/5/2019), dan Wesley Methodist Church Medan (16/5/2019),” jelas Melanie Martini-Mareel yang sebentar lagi akan pindah tugas dari IFI Bandung. “ Anggaplah, ini pun sebagai perpisahan saya.”

Deretan Konser Kelas Dunia

Simon Ghraichy yang oleh kebanyakan penonton di Kota Bandung ‘lebih pantas’ sebagai rocker ketimbang pianis klasik, sempat melantunkan karya agung dengan penuh penjiwaan, antara lan: komposisi Ernesto Lecuona (4 Afro-Cuban Dances), Isaac Albeniz (Asturias), Robert Schumann (Estudes in Variation Form on aTheme Based on the Symphony No.7 Op.92 by Ludwig van Beethoven, Humoreske op. 20-II, Hastig-Die innere stimme), Chilly Gonzales (Robert on the Bridge), Charles-Valentin Alkan (Chanson de la folle au bord de la mer), Ariel Ramirez(Alfonsina y El mar),Franz Liszt(Hungarian Fantasy), dan ‘bonus’ dari penggalan Brazilian Tanggo.

Uniknya, usai ia mainkan secara sempurna setiap komposisi, dengan santun membalas apresiasi para penonton. Tour Simon Ghraichy yang bertabur missi charity, di antaranya di Bandung ini sebagian keuntungannya didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan bermusik kaum tuna netra, ya itu tadi – sebelum ia memainkan karya komponis dunia, menjelaskan dengan cukup rinci tentang apa dan mengapa komposisi ini muncul, termasuk konteksnya.

“ Namun sayang, Schumann bernasib malang. Sejak muda ia memang sering menderita depresi. Tahun 1854 ia berusaha bunuh diri dari sebuah jembatan di Sungai Rhein. Sejak itu tinggal di rumah sakit jiwa di dekat Bonn (Jerman), hingga wafatnya pada 1856, dalam usia 46 tahum,” kata Simon Ghraicy sebelum melantunkan karya Robert Schumann dengan penuh penjiwaan.

Tak heran, kemampuan Simon Ghraichy dalam hal memikat penonton baru generasi muda, ia memiliki talenta mendekatkan ‘misteri dan pesona musik klasik’ melalui kemampuannya menjelaskan dengan bahasa yang sederhana, namun mengena. Fantastisnya, panggung-panggung musik prestisius tingkat dunia pun pun sempat ia jajal seperti Teater Champs-Elysees, Carnegie Hall, dan Berlin Philharmonie. Indikasinya, telah terjadi penurunan rata-rata usia penonton dari berbagai konser Simon Ghraicy! Artinya, banyak generasi muda kini mencintai musik klasik, katanya berkat Simon Ghraichy !

Riwayat tampilan Simon Ghraichy lainnya, ia kerap menggelar konser solo diiringi orkestra dan musik kamar di aula bergengsi dunia seperti Kennedy Center di Washington DC, Opera Istana Versailles, Gran Teatro Nacional Peru, Teatro Bogota, serta di berbagai gedung teater di Prancis, Jerman, Belanda, Finlandia, Norwegia, Australia, Meksiko, Kuba, Brasil dan Mesir.

“ Ini yang mematangkan dirinya, konser kecil maupun besar ia jalani secara profesional. Terbukti pada malam ini,” jelas Shanti (36) seorang guru les piano klasik yang ikut hadir di Ballroom FOUR POINTS by Sheraton Bandung.

Kontrak Eksklusif ‘Rocker’

Lainnya, menurut panitia, selama ini Simon Ghraicy juga bermain di berbagai festival musik dunia seperti Bard Music Festival di New York, Festival International de Baalbeck di Libanon, Festival Aix-en-Provence, dan Festival Chaise-Dieu bersama Orkestra Philharmonic Liège.

Tak heran, berkat penampilan yang unik itu, sejak 2016 ia menandatangani kontrak eksklusif dengan label Deutsche Grammophon. Lalu, setahun kemudian Simon Ghraicy merilis album di Teater Champs-Elysees yang menuai kritik, serta pujian luas dari kalangan musik dan pers tingkat dunia.

Sekedar info, diskografinya antara lain B Minor Sonata karya Liszt, Kreisleriana karya Schumann, dan album pertama yang didedikasikan untuk paraphrase, serta transkripsi karya-karya Liszt.

“ Penampilan bolehlah ala 100% rocker, siapa sangka? Dibalik kegarangan itu ada kelembutan dan kedalaman yang luar biasa. Hebatnya, itu di dunia musik klasik. Ini bagus bagi generasi muda. Kembalilah, mencintai musik klasik, setidaknya sebagai dasar pengembangan dunia musik kontemporer maupun masa datang,” pungkas Heni Nurhaeni Smith yang juga dikenal sebagai pengelola Taman Wisata, The Lodge Maribaya  – Lembang yang dikenal sangat mencintai dunia musik. (Harri Safiari)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News