HomeLintas BeritaKontribusi Kelentukan 'Flexibility' Bahu Terhadap Gerakan Handspring Dalam Senam Lantai Bagi Atlet...

Kontribusi Kelentukan ‘Flexibility’ Bahu Terhadap Gerakan Handspring Dalam Senam Lantai Bagi Atlet Pemula Usia 11-12 Tahun

JAYANTARANEWS.COM, Pangandaran

Oleh: Azis Suyana Putra, S.Pd.

Perkembangan olahraga atau kegiatan jasmani ini telah menjadi fenomena yang muncul akibat perkembangan dunia yang semakin maju. Setiap orang mencari hal yang baru dan setiap orang membutuhkan sesuatu yang lain dari yang lain.

Namun untuk meluruskannya, merupakan tugas dan tanggung jawab guru pendidikan jasmani, apakah itu dalam bentuk penjelasan teoritis maupun dengan penerapan dalam praktek yang benar yang
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

Senam atau gymnastik merupakan suatu sistem latihan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan fisik melalui latihan tubuh. Istilah ini muncul dari kata Yunani (gymnos yang berarti telanjang dan gymnazzien yang berarti berlatih tanpa menggunakan busana).

Senam pertama kali muncul pada masyarakat Skalvia (para budak) dan dianggap sebagai kegiatan yang diperuntukkan bagi laki-laki. Oleh karena itu, kegiatan ini bersifat kemiliteran terutama bagi remaja.

Dalam keemasan Yunani, senam meliputi semua bidang kegiatan yang dikenal saat itu seperti latihan tubuh, dan juga tari, menunggang kuda serta latihan tubuh untuk tujuan militer. Tempat latihannya disebut gymnasium. Secara bertahap pengertian tersebut mulai menyempit dan lebih mengarah kepada tujuan normalisasi atau untuk tujuan keselarasan (ausgleich), kesehatan dan prestasi.

Berbicara masalah prestasi, banyak hal yang perlu diperhatikan atau dilatih, di antaranya terdapat empat faktor latihan yang harus mendapat porsi, yaitu :

1. Latihan fisik
Karena tanpa kondisi fisik yang baik, atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna.

2. Latihan teknik
Bentuk latihan-latihan untuk mempermahir
teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang ditekuni atlet, misalnya teknik memukul, diantaranya; smash, drop shot, lob dan lain-lain.

3. Latihan strategi
Latihan yang bertujuan menumbuhkembangkan intervretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik-teknik yang sudah dikuasai dituangkan dan diorganisir dalam permainan, strategi menyerang dan bertahan.

4. Latihan mental
Latihan-latihan yang lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan emosional dan impulsif.

Seperti disebutkan di atas, untuk dapat berprestasi dalam salah satu cabang olahraga, salah satu unsur yang menunjang dan boleh dikatakan dominan, yaitu unsur kemampuan fisik. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suhendar (2000:6) yang menyatakan sebagai berikut :

“Bagaimanapun sempurnanya seorang atlet menguasai teknik cabang olahraga, apabila tidak didukung oleh kondisi fisik yang prima, teknik tersebut tidak akan dapat dilakukan secara efektif dan efesien”.

Baca juga: Mencermati Hakikat Pendidikan Jasmani


Kemampuan fisik merupakan salah satu syarat yang paling penting untuk meningkatkan prestasi, dan bahkan sebagai keperluan yang cukup mendasar untuk meraih prestasi. Sebab seorang atlet tidak akan sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung oleh kemampuan fisik yang baik.

Kemampuan fisik yang baik tidak dapat dicapai hanya melalui latihan olahraga itu sendiri, tetapi harus dipersiapkan secara khusus. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik antara lain :

1. Latihan yang kontinyu secara teratur sesuai dengan program latihan

2. Beban latihan harus meningkat sedikit demi sedikit

Mengenai pentingnya kemampuan fisik, Harsono (1988:153) menyebutkan, pentingnya kondisi fisik, sebagai berikut :

  • Kalau kondisi fisik baik, maka:

    1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain kondisi fisik

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan

5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila respons demikian diperlukan.

Berasumsi dari pendapat di atas, demikian pentingnya dukungan kondisi fisik terhadap performance seorang atlet.
Selanjutnya Harsono (1988:100) menyebutkan unsur kemampuan fisik sebagai berikut :

1. Daya tahan cardiovaskuler
2. Daya tahan otot
3. Kekuatan otot (Strength)
4. Kelentukan (Flexibility)
5. Kecepatan
6. Stamina
7. Kelincahan (Agility)
8. Power

Salah satu unsur kemampuan fisik yang menjadi bahan kajian penulis ialah kelentukan. Kelentukan (Flexibility) merupakan kondisi fisik yang banyak menentukan keberhasilan dalam gerakan. Dalam senam, dikemukakan oleh Sayuti Syahara (2010:1.4) “Kelentukan mendapatkan porsi 20% dari semua komponen fisik yang ada”.

Dari kutipan di atas, begitu dominannya unsur kelentukan dalam olahraga senam. Kelentukan diartikan sebagai range of movement, yaitu keleluasaan gerakan sendi atau dari beberapal persendian tubuh. Kelentukan (Flexibility), menurut Harsono (1988:163), ialah “Kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi”.

Kelentukan (Felxibility) mengacu pada ruang gerak sendi. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi. Makin luas ruang gerak sendi seseorang maka makin mudah ia bergerak ke segala arah. Makin efisien dan benar secara mekanis, misalnya orang yang terampil melakukan gerakan hand spring, maka ia mampu antara lain melakukan gerakan hand spring dengan gerakan yang benar dan melakukannya secara efisien.

Hidayat (1990:5) menjelaskan gerakan itu efisien bila :

1. Kelompok otot yang besar bekerja lebih dahulu

2. Melakukan kegiatan/tugas dengan penuh gairah

3. Mengeluarkan tenaga secara intelegen, artinya ada :
 Koordinasi yang baik, dan
 Saat/timing yang tepat

4. Bergerak secara proposional, artinya dilakukan dengan :
 Ekonomis, dan
 Adanya Otomatisasi

Efisiensi erat kaitannya dengan kesempurnaan gerak dan keindahan gerak. Sebaiknya gerakan yang tidak efisien, menurut Hidayat (1990:5) ialah:

1. Penghambatan tenaga dan ketegangan yang berlebihan
2. Kelelahan fisik yang terlalu cepat, dan kelelahan psikis
3. Kelesuan
4. Rasa nyeri
5. Frustasi

Salah satu unsur kemampuan fisik yang cukup penting dalam upaya melakukan gerakan handspring, disamping unsur-unsur yang lain adalah kelentukan (flexibility), terutama kelentukan pada bahu.

Jika dianalisis untuk dapat menguasai teknik gerakan handspring, sebelumnya harus dapat melakukan gerakan handstand, sedangkan untuk sampai pada ke sikap handstand yang baik, sebaiknya atlet pemula usia 11-12 tahun harus memiliki persyaratan seperti :

1. Memiliki kekuatan pada otot bahu, lengan dan tungkai. Kekuatan diperluakan untuk
meluruskan seluruh panjang tubuh dengan baik

2. Memiliki kelentukan pada persendian bahu. Sudut lengan togol yang diharapkan dalam handstand 180°.

Apabila kedua pesyaratan tersebut sudah dapat dipenuhi oleh atlet pemula usia 11-12 tahun, maka handstand yang menuntut gerakan stastis sudah dapat dilakukan. Kemudian jika gerakan handstand sudah dapat dilakukan maka penguasaan teknik handspring pun diperkirakan tidak sesulit orang yang tidak menguasai gerakan handstand. (Na. Ch)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News