HomeLintas BeritaMengapa Sebagian Besar Orangtua Sukses, Tak Mampu Lahirkan Anak yang Sukses?

Mengapa Sebagian Besar Orangtua Sukses, Tak Mampu Lahirkan Anak yang Sukses?

JAYANTARANEWS.COM, Cilengkrang

Mengapa sebagian besar orang-orang tua yang sukses, namun tak mampu melahirkan anak-anak yang sukses?

– Apakah fenomena ini juga sepertinya akan terjadi di keluarga kita?

– Apakah faktor penyebab utamanya?

Seringkali orangtua memiliki niat yang baik, namun seringkali juga niat baik tersebut ditempuh dengan cara yang kurang tepat, sehingga hasilnya pun mungkin tidak sesuai yang diharapkan.

Salah satu penyebab; “Mengapa Orangtua Sukses Tidak Melahirkan Anak-anak yang Sukses”, adalah karena adanya pandangan orangtua sukses yang mengatakan;

“Nanti jika saya sudah menjadi orang sukses, maka saya tidak ingin pengalaman-pengalaman  pahit getir yang dulu pernah saya alami, termasuk pengalaman di sepanjang masa kecil saya, sampai dialami atau dirasakan kembali oleh anak-anak saya.”

Sepintas niat ini memang baik, dan selintas sepertinya benar sebagai wujud cinta kasih orangtua kepada anak-anaknya.

Padahal, karena pandangan semacam inilah, yang justru kebanyakan orangtua pada akhirnya tak mampu melahirkan anak-anak yang sukses seperti dirinya, atau bahkan lebih sukses lagi.

– Mengapa? –

Coba perhatikan baik-baik kalimat; “Saya tidak ingin anak saya merasakan kembali pengalaman pahit getir yang dulu pernah saya rasakan dan saya alami di sepanjang masa kecil saya.” 

Sadarkah kita, bahwa sesungguhnya, justru pengalaman demi pengalaman pahit getir yang kita rasakan inilah yang sesungguhnya telah menempa dan menggembleng kita menjadi orang yang tangguh dan tegar. Hingga akhirnya bisa mencapai sukses seperti yang kita raih sekarang ini. 

Jadi, jika anak kita tidak lagi kita izinkan untuk bisa merasakan pengalaman demi pengalaman pahit yang dulu pernah kita alami dan rasakan, jelas saja dia akan menjadi anak yang lemah, tidak mandiri dan tangguh seperti kita dulu. Padahal, rata-rata orang sukses adalah orang-orang yang berhasil mengatasi kesulitan demi kesulitan hidup, bukan orang yang banyak diberikan kemudahan dan fasilitas oleh orangtuanya.

Sejarah telah membuktikan, bahwa semua orang sukses adalah orang-orang yang hidupnya penuh tantangan dan cobaan, dan bukannya penuh dengan fasilitas dan kemudahan.

Semua cobaan, tantangan, pengalaman pahit dan getir itulah sesungguhnya sebuah KURIKULUM yang telah dirancang TUHAN untuk membuat seseorang menjadi manusia sukses dan unggul apabila bisa mengatasinya.

Itulah mengapa seorang Jenderal Besar Douglas MC Arthur, dalam surat yang ditulis untuk keluarganya yang dikirim dari Medan Tempur di Asia Timur, yang berjudul “Doa untuk Putraku”.

Sang Jenderal tidak mengijinkan putranya untuk mendapatkan kemudahan dan fasilitas sebagaimana kebanyakan doa para orangtua yang selalu meminta pada Tuhan, agar anaknya selalu diberikan KEMUDAHAN dalam mengarungi hidupnya.

Berikut adalah Doa untuk Putraku dari Sang Jenderal Besar yang luar biasa itu:

Tuhanku…”

Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan. Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya, dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang putra yang sadar, bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku…”

Aku mohon, janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Tuhanku…”

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah, namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya…berikan dia cukup rasa humor, sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh,

namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku…”

Berilah ia kerendahan hati…”

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna

Dan pada akhirnya, bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata : “Tuhan, sungguh hidupku tidaklah sia-sia”. (red)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Must Read
Related News